aku mengenal nya. Ia sahabatku. Aku biasa memanggilnya “Rama”. Ia biasa memanggilku “Aline”. Kami berteman, lalu bersahabat. Hari-hari disekolah biasa kami lewati bersama-sama.
Rama, Ia adalah lelaki yg baik, memiliki kulit putih dan kedua matanya berbeda dari yg lain. Ketika terkena cahaya, aku dapat melihat kilasan coklat dari matanya. Maka dari itulah, aku sebut dia berbeda.
Rama, Ia pintar, terkadang Ia pendiam, bila dilihat dan mendalami jiwanya, kamu dapat menemukan masalah-masalahnya. Maka dari itulah, aku dapat mengerti perasaannya.
Rama, Ia penyayang. Meski terkadang rasa sayangnya ia sembunyikan dari belakang. Tetapi apabila kamu sudah berbicara dan dekat dengannya. Kamu akan tahu bahwa Ia membutuhkan seseorang, untuk berbagi tentang kehidupannya. Maka dari itulah, aku sangat menyayanginya.
Aku takut kehilangannya. Aku takut Ia pergi dan meninggalkan aku sendiri. aku berharap Ia pun mengaharapkan aku begitu.
Hari kamis, Juli, tahun 2014, hari itu adalah hari dimana Ia mengatakan bahwa Ia telah menyukai seseorang. Aku bertanya tentang sosok wanita itu, Ia tidak memberitahuku, alhasil, aku mencari dan terus bertanya-tanya dalam hati.
Semakin hari, semakin aneh. Rama jarang berbicara denganku lagi. Ia kini lebih sering berbicara dengan Dhila. Mungkin Dhila-lah orang yg disukainya. Entah mengapa, perasaan itu begitu menusukku, aku tak tahu perasaan apa ini namanya. Dan mengapa kenyataan ini memaksaku untuk merubahnya menjadi ilusi.
“Aku suka sama Dhila, Line.” Rama tertawa sambil menopang dagunya di meja. Aku ikut tersenyum, tapi mengapa hatiku tidak bisa menuruti wajahku. “Wey, aku bantu deh.” Aku tidak ingin Rama tahu kalau aku mempunya perasaan yg aneh, maka dari itu aku membantunya untuk dekat dengan Dhila.
Hari hari berlalu. Dhila dan Rama sudah sangat dekat. Aku pun bertanya tentang perasaan Dhila kepada Rama. Ketika aku mendapatkan jawabannya, aku tahu aku dapat membahagiakan Rama, karena Dhila dapat membalas perasaan Rama.
Akhir-akhir ini aku juga dekat dengan Khari. Ia menemaniku setiap hari, walau kadang sms sms yg Ia kirimkan tidak aku balas. Mungkin Khari dapat menggantikan posisi Rama. Karena sekarang aku menyadari, bahwa aku telah mencintai Rama, dan ini adalah pertama kalinya aku mencintai seseorang. Dan Ia adalah sahabatku sendiri.
Hari demi hari terlewati, aku telah membohongi perasaanku lebih dari 7 bulan. Aku kuat kok, aku kuat J
Mungkin aku jahat, aku telah melampiasi perasaanku ke 2 orang lelaki. Padahal sebenarnya orang yg aku cintai hanyalah Rama. Aku tidak berharap kamu memiliki perasaan yg sama, aku hanya ingin mengungkapkan apa yg aku rasa. Tapi mengapa waktu kita tidak pernah tepat?
***
Maret, Selasa, 2015
Hari ini aku duduk di taman, sendirian, menikmati angin seakan lagu yg mengiringi ceritaku. Burung-burung juga berkicau seakan menyanyikan lagu lagu yg indah. Sekarang aku sadar, mencintaimu walaupun menyakitkan, aku sudah mulai terbiasa.
Mungkin hari ini adalah hari yg paling indah. Karena Rama bilang kalau dia menyukai aku. Selama ini penantian panjangku terjawab sudah. Namun.. saat ini aku masih berstatus berpacaran dengan seorang senior.
Aku jahat, ya memang aku jahat. Aku mengungkapkan perasaanku yg sebenarnya pada Rama padahal aku masih berpacaran. Tapi apakah aku harus menunggu lebih lama lagi?
1 minggu berlalu, aku sudah putus dengan seniorku. Aku berharap Rama akan memintaku untuk menjadi pacarnya. Setiap hari aku menunggu.. terus menunggu..
***
Aku ditembak oleh kakak senior, namanya Kak Difan. Ia adalah kaka kelas yg paling baik, namun Ia bukanlah orang yg aku tunggu.
Aku menolaknya dengan halus, aku tahu ia kecewa, karena aku dan dia sudah lumayan lama dekat. Namun, kak Difan bukanlah orang yg aku inginkan.
Mungkin aku egois, aku telah menolak beberapa lelaki yg kenyataannya lebih baik dan lebih bisa menyayangiku dibanding Rama. Tapi perasaan ini tidak bisa berbohong. Aku menginginkan Rama. Bukan lelaki lelaki lain.
Menurutku Rama menganggapku perempuan gampangan. Karena aku dekat dengan beberrapa lelaki. Itu semua aku lakukan karena aku punya perasaan, aku tidak mungkin meninggalkan mereka dalam keadaan sakit hati. Namun kadang-kadang, aku harus bersikap dingin kepada mereka, agar Rama mengerti bahwa aku hanya menginginkannya.
Karenanya, aku tidak bisa menjalani akal sehatku secara benar. Aku menolak lelaki yg memberikan kebahagiaannya kepadaku. Aku tahu banyak sekali hal bodoh yg aku lakukan untuk mempertahankan perasaan Rama. Tapi Rama sendiri, tidak pernah berusaha untuk memberikan kepastian tentang perasaannya.
***
Januari, Senin, 2016
Sudah berapa lama aku menunggumu Rama? Sudah berapa lama kamu menggantungkan perasaanku? Banyak sekali yg sudah aku korbankan demi kamu, tapi apakah kamu bertidak yg sama?
Tak tahu kah kamu, Rama, setiap kali bel pulang, ingin rasanya bisa pulang bersama kamu? Berbagi cerita seperti dulu?
Tah tahu kah kamu, Rama, setiap hari aku menunggumu untuk menyatakan perasaanmu kepadaku?
Tak tahu kah kamu, Rama, berapa kali air mata ini jatuh hanya karena memikirkanmu?
Tak tahu kah kamu, Rama, betapa kuatnya hati ini ketika kamu menggoyahkan perasaanku?
Apakah sudah saatnya aku menyerah lalu pergi dan melupakan semua kejadian ini?
Apakah aku tidak akan pernah bisa memiliki hatimu?
Apaka kamu tidak bisa mencintaiku seperti aku mencintaimu?
Apakah masih ada kesempatan untuk membuatmu mencintaiku?
Mengapa penantian ini harus aku tunggu terlalu lama?
Mengapa tak kamu pastikan hubungan kita apabila kita sudah saling mencintai?
Mungkin ini saatnya aku pergi, aku tahu, aku pecundang, ketika aku mendapatkanmu, aku pergi hanya karena lelah menanti.
Dulu, aku selalu mengerti perasaanmu, aku maklumi ketika kamu tidak mengerti perasaanku. Tapi kali ini, aku ingin mencoba untuk pergi dan berhenti mencintaimu, aku harap, kali ini kamu yg mengerti aku. Jika suatu saat nanti kita bertemu lagi, semoga keadaannya lebih baik. Aku yakin, setiap cerita, berakhir dengan indah.
Tapi satu hal yg perlu kamu ingat.
Aku mungkin bisa berhenti mencintaimu, tapi menyayangimu, aku janji akan mempertahankannya. Aku harap kamu pun begitu.
***
Aku difan, dan aku bener-bener salah menilai kamu selama ini. tapi terimakasih banyak atas semua ini, banyak pelajaran aslinya, sekali lagi makasih, tapi sekarang untuk akhiri ini aku harus pergi, itu yang terbaik,makasih banyak ya !
BalasHapus